Pendidikan Orang Dewasa

Posted by Radja Paguntaka Kamis, 21 Juli 2011 0 komentar
Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk individu dan sosial. Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. 

Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa. Pendidikan dalam konsep Diklat mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima sebagai suatu perubahan perilaku yang cenderung kearah yang lebih baik. Adapun prinsip-prinsip pendidikan yang digunakan pada dasarnya sama dengan apa yang dikembangkan pada beberapa pendidikan dan pelatihan yang menggunakan metode instruksional, tetapi satu hal yang membedakan adalah prinsip-prinsip POD lebih dikenal secara luas.
Prinsip-prinsip dari belajar berkaitan dengan pelatihan dan pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut digunakan di seluruh sektor/area, baik dalam ruang kelas atau sistem magang. Instruksi yang efektif harus menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa yang tepat. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan training (pelatihan) dan pendidikan, dan biasanya diterapkan pada situasi kelas formal atau untuk sistem on the job training (magang). 

Tiap bentuk pelatihan sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip yaitu: 
  • · Recency
  • · Appropriateness (Kesesuaian)
  • · Motivation (motivasi)
  • · Primacy (Menarik Perhatian di awal sessi)
  • · 2 – Way Communication  (Komunikasi 2 arah)
  • · Feedback (Umpan Balik)
  • · Active Learning (Belajar Aktif)
  • · Multi – Sense Learning
  • · Exercise (Latihan)
Standar POD atau andragogi di tiap negarapun berbeda. Berikut ini merupakan tabel Perbandingan Tujuan Pendidikan Orang Dewasa di Beberapa Negara :
       
No
Negara
Tujuan
1
Australia
Menekankan tujuan pendidikan orang dewasa pada usaha-usaha
pengasimilasian para pendatang dengan para penduduk yang telah
lama tinggal di Australia.
2
Swedia
Ditujukan kepada pendemokratisan dan menciptakan norma-norma kehidupan masyarakt yang lebih baik.
3
Swiss
Ditujukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat lebih berbahagia dan penuh aktivitas.
4
Perancis
Menekankan kepada pendidikan populer bagi masyarakat yang dijalankan secara luas.
5
Israel
Ditujukan untuk mengurangi tantangan antar bangsa-bangsa dan ras dan memerangi atominisasi serta memberikan kehidupan baru kepada masyarakat.
6
Kanada
Meningkatkan kebanggaan dan mengembangkan pengetahuan yang diciptakan oleh bangsa Kanada.
7
Amerika Serikat
Bersemboyankan kepada pendidikan itu dari, oleh dan untuk masyarakat.
8
India
Perbaikan moral, penambahan pengetahuan, meningkatkan efisiensi dalam bekerja, dan meningkatkan tingkat hidup masyarakat.
9
Thailand
Ketahuhurufan, pemeliharaan hidup sehat, kontak sosial dan kebudayaan.
Sumber: Ahmuddipura (1986: hal. 1.16)

Prinsip pendidikan juga sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui pengamatan atas kenyataan. Dan pada umumnya prinsip tersebut menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Inilah yang merupakan inti dari Andragogi. Karenanya hal ini menjadi menarik dan patut untuk dikaji.

Ada beberapa kesenjangan atau hal berselisih yang kami temui antara diklat dilapangan dengan teori andragogi yang telah dikaji sebelumnya, antara lain :
1.  Didalam andragogi peran fasilitator tidak terlalu penting. Dalam hal lain peserta didiklah yang banyak membantu untuk menyempurnakan proses belajar mereka. Tetapi dalam proses diklat hal itu belum sepenuhnya terjadi. Melihat banyaknya presentasi keterlibatan pemateri dan fasilitator dalam proses diklat
2. Dalam diklat itu sendiri hal yang paling utama ialah menekankan keterampilan terpimpin dari proses, hal ini sangat menyimpang dari konsep andragogi yang terkesan memberi keluasan berfikir untuk membentuk suatu konsep dari proses.
3. Dalam andragogi sikap dan perilaku merupakan tolak ukur kedewasaan, akan tetapi hal ini jarang terjadi pada waktu diklat. Kebanyakan dari peserta lebih senang untuk berbicara sendiri atau dalam hal ini fokus mereka dalam memperhatikan materi sangat minim.
4. Diklat itu sendiri merupakan pembelajaran yang berakhir pada suatu titik evaluasi yang cenderung masih memakai nilai rata-rata. Apapun bentuk pembelajaran maka dalam diklat terkesan memaksa peserta dalam menerapkan suatu paradigma yang tersaji. Dengan alasan salah jika mereka tidak sesuai dengan apa yang disampaikan.
5. Didalam diklat, kita akan menemukan suatu konsep ataupun model dari proses diklat itu sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan pola andragogi yang terkesan menjadikan peserta menemukan konsep dengan sendirinya dari sumber manapun dan dimanapun.
6. Diklat yang tujuannya orang dewasapun masih terlihat seperti belajar anak-anak. Ribut, pasif, dan kurang bertanya tentang materi yang belum dipahaminya.
7. Diklat belum berhasil secara utuh. Karena banyak yang mengikuti suatu program hanya untuk mendapat sebuah pengakuan atau sertifikat. Menjadikan nilai suatu diklat itu kurang maksimal.
8. Semangat belajar orang dewasa cenderung tidak menentu.

Menimbang beberapa hal dari andragogi bahwa :
1. Teori ini merupakan bahan kajian dan terapan yang tidak sepenuhnya berhasil dilaksanakan apabila tidak ditunjang dengan faktor pembantu lainnya.
2. Andragogi juga seakan terlalu memberi kebebasan dan menimbulkan perbedaan yang seringkali ekstrim. Dan sulit untuk mencapai suatu titik temu dari konsep pemahaman serta cara berfikir.
3. Konsep Andragogi lahir bukan dari Negara Indonesia, dan oleh karenanya kebanyakan sumber analisa, sasaran objek serta ragam kultur dan budaya membuatnya terkesan diperuntukkan bagi bangsa barat. Dan belum tepat diterapkan bagi bangsa timur pada umumnya.
4. Manusia sendiri merupakan makhluk yang unik. Memiliki ciri, watak, sifat, dan karakter yang berbeda. Seperti halnya pembelajaran bagi anak dan remaja. Pada andragogi (pembelajaran orang dewasa), masalah yang sering ditemukan tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada pedagogi (pembelajaran anak dan remaja).

Dan oleh karena itu maka kami menyimpulkan beberapa hal,  antara lain :
1. Semua teori hanyalah merupakan konsep. Pada pelaksanaan dilapangan seperti diklat, seminar, dsb membutuhkan hal lain untuk membantu memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Andragogi tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karenanya andragogi harus berkolaborasi dengan disiplin ilmu yang lain. Seperti pelajaran Sosiologi untuk lebih memahami kultur dan budaya setempat atau pelajaran Psikologi untuk lebih memahami sifat dan karakter manusia sebelum menerapkan konsep andragogi dilapangan.
3. Tidak semua orang dewasa mampu menjalankan konsep dari teori andragogi ini dengan maksimal. Mereka selalu mempunyai pertimbangan dan alasan berbeda untuk menerima ataupun menolak sesuatu.
4. Pada pelaksanaan andragogi, masih sering dijumpai penyalahgunaan konsep teoritik. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan dan pemberian tanggung jawab.
5. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dengan seiringnya zaman. Metode andragogi bisa jadi akan lebih terinci atau bahkan memunculkan teori terapan lainnya.
6. Menurut kami, yang terpenting dalam suatu pelaksanaan ilmu terapan bukanlah pada ketepatan metode itu ditujukan, akan tetapi pada kesesuaian metode tersebut ditujukan.

Dan pada akhirnya, semua yang ada pada andragogi adalah benar adanya dan  sangat menarik bagi perkembangan ilmu pendidikan. Teori Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya. Dan bagi pengambil kebijakan dalam hal pembelajaran orang dewasa diharapkan mampu memberikan pertimbangan holistik ke arah pengembangan keterampilan dan peningkatan sumber daya orang dewasa yang berkualitas.




Salam Super Dahsyat
Akhmad Fakharuddin Sidar
Fb : Radja Paguntaka
SMS/Telp di : 085234243394-085815182483

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pendidikan Orang Dewasa
Ditulis oleh Radja Paguntaka
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://radjapaguntaka-radjapaguntaka.blogspot.com/2011/07/pendidikan-orang-dewasa.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Radja Paguntaka.